Ironi, Mudik Gratis di Sumenep Justru Menuai Keluhan Warga Kepulauan. Apa Sebabnya?

- Inyoman -
- 15 Mar, 2025
SUMENEP, MaduraNetwork.id - Program mudik gratis lebaran 2025 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Perhubungan (Disperkimhub) menjadi sorotan tajam. Alih-alih memberikan kemudahan bagi masyarakat kepulauan, program ini justru menuai keluhan dan dugaan praktik tidak transparan dalam penentuan operator kapal.
Sejak awal pengumuman, masyarakat kepulauan
telah menyuarakan beragam persoalan. Tiket mudik gratis yang disediakan dengan
kapal cepat Express ludes hanya dalam hitungan jam, menyisakan pertanyaan
tentang mekanisme distribusinya. Selain itu, penumpang anak-anak tetap
dikenakan tarif, sementara batasan barang bawaan yang hanya 5 kg dinilai sangat
tidak realistis bagi pemudik yang membawa perlengkapan kebutuhan dasar.
Pengurus Gibran Center Sumenep, Inyoman S.,
mengungkapkan kecurigaannya terhadap keputusan Disperkimhub yang
merekomendasikan kapal cepat Express sebagai moda transportasi mudik gratis. Ia
menduga adanya kepentingan terselubung yang menguntungkan pihak tertentu.
"Masyarakat kepulauan mau mengeluh ke
siapa lagi? Kapal cepat Express bukan satu-satunya opsi. Ada banyak kapal
dengan kapasitas lebih besar yang bisa digunakan, tapi mengapa Disperkimhub
justru memilih kapal dengan daya angkut terbatas?" tegasnya.
Lebih lanjut, ia menuding Kepala Dinas
Disperkimhub, Yayak Nurwahyudi, dan pejabat terkait telah mengetahui kapasitas
kapal Express yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat kepulauan.
"Masyarakat tidak butuh kapal cepat, yang
mereka butuhkan adalah kapal besar dengan kapasitas penumpang lebih banyak,
tiket yang mudah didapat, dan aturan barang bawaan yang lebih fleksibel,"
lanjutnya.
Keberadaan kapal cepat Express dalam layanan
mudik gratis ini juga dipertanyakan dari sisi kontribusinya terhadap Kabupaten
Sumenep. Menurut Inyoman S., Disperkimhub belum pernah secara transparan
mengungkap manfaat ekonomi dari penggunaan kapal tersebut bagi daerah.
"Jangan-jangan keuntungan dari kapal
cepat ini tidak masuk ke kas daerah, tapi justru ke kantong pribadi oknum
tertentu di Disperkimhub. Kalau memang ada kontribusi ke Sumenep, kenapa tidak
pernah dipublikasikan?" cetusnya dengan nada kritis.
Ironisnya, Kabupaten Sumenep memiliki kapal
Sumekar DBS III yang berkapasitas lebih besar dan dinilai lebih cocok untuk
layanan mudik gratis. Namun, hingga kini Disperkimhub tidak menunjukkan upaya
untuk mendukung pemanfaatan kapal tersebut dalam program ini.
Upaya media untuk mengonfirmasi permasalahan
ini langsung kepada Kepala Dinas Disperkimhub, Drs Yayak Nurwahyudi dan pejabat
terkait menemui jalan buntu. Mereka kompak menolak ditemui dengan alasan sedang
rapat.
Hingga berita ini diturunkan, polemik terkait
biaya tambahan dan keterbatasan layanan dalam program mudik gratis ini masih
menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat kepulauan. Sementara pemerintah
daerah mengklaim telah memberikan layanan terbaik, masyarakat masih berjuang
menghadapi realitas kebijakan yang dinilai tidak berpihak pada kebutuhan
mereka. (sdm)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *