Menyoal ADD/DD Ketahanan Pangan 20% yang Dikelola BUMDes di Kecamatan Sapeken

- Mohammad -
- 02 Jun, 2025
Oleh: Fahmi
Kecamatan Sapeken, salah satu wilayah kepulauan di ujung timur Kabupaten
Sumenep, tengah menjadi saksi atas harapan dan kekhawatiran masyarakat desa
mengenai Dana Desa 20% yang dikelola
oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk ketahanan pangan
20% dari
sana desa bukan uang yang sedikit karena rata-rata dana desa di Kepulauan
Sapeken mencapai 1 miliar jadi sekitar 200 juta yang dikelola oleh BUMDes
Program tersebut merupakan program Pemerintah pusat yang telah mewajibkan setiap desa untuk mengalokasikan sebagian dari Dana Desa guna mendukung ketahanan pangan lokal. Skema ini tentu sangat relevan, terlebih di wilayah kepulauan seperti Sapeken, yang memiliki tantangan geografis dalam distribusi bahan pangan, hasil kajian kami di lapangan
Beberapa
desa mengalokasikan untuk pertanian, mengembangkan perikanan,
hingga beternak, sehingga masyarakat berharap agar bahwa program tersebut
menjadi solusi terhadap kesulitan yang dirasakan oleh masyarakat, dan jangan
sampai menjadi lahan basah untuk memperkaya diri dan keluarga pengurus BUMDes
Kini,
pengelolaan dana ketahanan pangan tidak lagi dikelola langsung (BUMDes) di
beberapa tempat. Secara teori, ini langkah maju. BUMDes diharapkan menjadi
motor penggerak ekonomi desa sekaligus wadah pengelolaan program yang lebih
profesional. Tapi lagi-lagi, pertanyaannya: sudahkah BUMDes siap?
BUMDes
bukan sekadar papan nama dan laporan administrasi. Jika benar dijadikan ujung tombak
ketahanan pangan, maka transparansi, kapasitas manajerial, dan komitmen moral
dari pengurusnya menjadi taruhan besar. Tanpa itu semua, 20 persen dana yang
seharusnya menjadi solusi bisa berubah menjadi ilusi.
Masyarakat
Sapeken, dan desa-desa lainnya, punya hak untuk tahu, digunakan untuk apa dan
seperti apa hasilnya? Kita tidak bisa terus berjalan dalam kabut informasi.
Ketahanan pangan bukan proyek sekali jadi, tetapi harus dibangun dengan
partisipasi, kejelasan arah, dan akuntabilitas.
Opini ini bukan untuk menyudutkan siapa pun, tapi sebagai ajakan refleksi bersama. Mari kita kawal dana 20 persen ini. Jika benar-benar dijalankan dengan baik, bukan tidak mungkin Sapeken bisa menjadi model ketahanan pangan desa berbasis kepulauan yang mandiri dan tangguh.
(penulis adalah mahasiswa)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *