:

Sudarman Almursalin, Tukang Gambar 60 Tahun yang Tak Pernah Lelah Menorehkan Warna Kehidupan

top-news
https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Usianya yang telah menginjak enam dekade, semangat Sudarman Almursalin untuk berkarya tidak pernah luntur.

 

Pria yang akrab disapa Anom di kalangan sesama seniman itu tetap setia memegang kuas, menorehkan warna demi warna di atas kanvas.

 

Bagi Anom, usia hanyalah angka, sedangkan gairah berkarya adalah napas yang tak boleh berhenti.

 

Saat ditemui MaduraNetwork di kediamannya di Desa Gedungan, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep, rambutnya yang telah memutih justru memancarkan wibawa seorang maestro.

 


Di balik senyumnya yang hangat, Anom bercerita tentang perjalanan panjangnya sebagai perupa. Ia mengaku telah melahirkan ratusan karya seni rupa.

 

Sebagian telah berpindah tangan ke para kolektor, sementara sisanya memenuhi hampir setiap sudut rumahnya—menghiasi dinding-dinding seolah menjadi galeri pribadi yang hidup.

 

Kecintaannya pada dunia seni rupa bermula sejak masa muda. Belajar secara otodidak, Anom menekuni keterampilan melukis tanpa pernah terikat oleh satu aliran tertentu.

 

“Saya tidak mau terjebak pada realis, impresionis, atau aliran apa pun. Saya ingin bebas berekspresi,” ujarnya mantap.

 

Menariknya, dalam proses kreatifnya, Anom kerap menemukan cara unik untuk memenuhi kebutuhan alat melukis.

 

Salah satu yang paling ia banggakan adalah kuas kecil buatan sendiri dari rambut balita. Alasannya sederhana: teksturnya halus dan nyaman digunakan untuk detail lukisan.

 



Bagi Anom, kreativitas bukan hanya soal karya di atas kanvas, tetapi juga kemampuan menciptakan sarana pendukung yang memadai.

 

Meski telah meraih banyak pencapaian, Anom menyimpan satu harapan besar: mewariskan ilmu seninya kepada generasi penerus. Sayangnya, tak satu pun dari anak-anaknya memiliki minat atau bakat seperti dirinya.

 

Namun, hal itu tidak memadamkan niatnya. Ia membuka pintu selebar-lebarnya bagi anak muda yang ingin belajar.

 

“Siapa pun yang mau belajar, saya siap mengajarkan secara gratis. Syaratnya cuma satu: punya kemauan tinggi,” tuturnya sambil tersenyum tulus.

 

Bagi Anom, melukis bukan sekadar hobi atau profesi. Ia menganggapnya sebagai ibadah jiwa.

 

"Bagi saya ini cara untuk mensyukuri kehidupan dan membagikan keindahan pada dunia. Dan selama tangan ini masih mampu menggenggam kuas, saya berjanji akan terus melahirkan karya," pungkasnya. (sal)

https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *