Sudarman Almursalin, Tukang Gambar 60 Tahun yang Tak Pernah Lelah Menorehkan Warna Kehidupan
- Mohammad -
- 10 Aug, 2025
Usianya yang
telah menginjak enam dekade, semangat Sudarman Almursalin untuk berkarya tidak
pernah luntur.
Pria yang akrab disapa Anom di
kalangan sesama seniman itu tetap setia memegang kuas, menorehkan warna demi
warna di atas kanvas.
Bagi Anom, usia hanyalah angka,
sedangkan gairah berkarya adalah napas yang tak boleh berhenti.
Saat ditemui MaduraNetwork di kediamannya di Desa Gedungan,
Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep, rambutnya yang telah memutih justru
memancarkan wibawa seorang maestro.
Di balik senyumnya yang hangat,
Anom bercerita tentang perjalanan panjangnya sebagai perupa. Ia mengaku telah
melahirkan ratusan karya seni rupa.
Sebagian telah berpindah tangan
ke para kolektor, sementara sisanya memenuhi hampir setiap sudut
rumahnya—menghiasi dinding-dinding seolah menjadi galeri pribadi yang hidup.
Kecintaannya pada dunia seni rupa
bermula sejak masa muda. Belajar secara otodidak, Anom menekuni keterampilan
melukis tanpa pernah terikat oleh satu aliran tertentu.
“Saya tidak mau terjebak pada
realis, impresionis, atau aliran apa pun. Saya ingin bebas berekspresi,”
ujarnya mantap.
Menariknya, dalam proses
kreatifnya, Anom kerap menemukan cara unik untuk memenuhi kebutuhan alat melukis.
Salah satu yang paling ia
banggakan adalah kuas kecil buatan sendiri dari rambut balita. Alasannya
sederhana: teksturnya halus dan nyaman digunakan untuk detail lukisan.
Bagi Anom, kreativitas bukan
hanya soal karya di atas kanvas, tetapi juga kemampuan menciptakan sarana
pendukung yang memadai.
Meski telah meraih banyak
pencapaian, Anom menyimpan satu harapan besar: mewariskan ilmu seninya kepada
generasi penerus. Sayangnya, tak satu pun dari anak-anaknya memiliki minat atau
bakat seperti dirinya.
Namun, hal itu tidak memadamkan
niatnya. Ia membuka pintu selebar-lebarnya bagi anak muda yang ingin belajar.
“Siapa pun yang mau belajar, saya
siap mengajarkan secara gratis. Syaratnya cuma satu: punya kemauan tinggi,”
tuturnya sambil tersenyum tulus.
Bagi Anom, melukis bukan sekadar
hobi atau profesi. Ia menganggapnya sebagai ibadah jiwa.
"Bagi saya ini cara untuk
mensyukuri kehidupan dan membagikan keindahan pada dunia. Dan selama tangan ini
masih mampu menggenggam kuas, saya berjanji akan terus melahirkan karya,"
pungkasnya. (sal)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *