VIRAL SURAT TANTANGAN 'CAROK', KOMUNITAS MADURA TEMUI SRI SULTAN UNTUK CARI SOLUSI

- Mohammad -
- 14 Feb, 2025
JOGJAKARTA,
MaduraNetwork.id –
Surat tantangan 'carok' yang viral di media sosial buntut dari insiden konsumen
warung Madura di Babarsari, Sleman, yang enggan membayar barang belanjaannya,
memicu perhatian luas.
Menyikapi situasi ini, Komunitas Keluarga
Madura Yogyakarta bertemu dengan Gubernur DIY, Sri
Sultan Hamengku Buwono X, di Kompleks Kepatihan, Kota
Yogyakarta.
Dalam pertemuan tersebut,
Sultan menegaskan bahwa Pemerintah DIY telah berkoordinasi dengan kepolisian,
TNI, dan unsur keamanan lainnya untuk meredam polemik. Ia menyampaikan bahwa
keputusan sudah diambil berdasarkan hasil rapat Forum Koordinasi Pimpinan
Daerah (Forkopimda) bersama tokoh masyarakat Madura.
"Kesimpulan
dari pertemuan ini ada dua hal utama," ujar Sultan pada Rabu
(12/2/2025).
Dua Keputusan untuk
Meredam Polemik
Dua poin utama yang
disepakati dalam pertemuan ini adalah:
1. Warung Madura wajib mencantumkan tulisan 'Bayar Tunai'
Tujuannya untuk memberikan kejelasan kepada pelanggan bahwa pembayaran harus
dilakukan secara langsung tanpa utang atau cicilan.
2. Penegakan hukum bagi pelaku yang tidak membayar atau
memaksa pemilik warung
Sultan menegaskan bahwa jika ada kasus serupa terjadi di kemudian hari, aparat
penegak hukum harus bertindak sesuai prosedur.
"Kami
minta proses hukum tetap berjalan jika ada pelanggaran,"
tegas Sultan.
Komunitas Madura: Surat Viral Bukan untuk
Memicu Konflik
Juru Bicara Komunitas Keluarga
Madura Yogyakarta, Mahrus Ali, menyatakan bahwa pertemuan ini
bertujuan mencari solusi terbaik agar kejadian serupa tidak terulang.
"Sudah
ada usulan praktis dari Sultan, misalnya teman-teman kami dari Madura yang
jualan kelontong harus mencantumkan tulisan 'bayar tunai'," ujar
Mahrus.
Ia juga menegaskan bahwa
surat yang viral di media sosial tidak bertujuan menimbulkan perseteruan antar
kelompok, tetapi sebagai bentuk protes terhadap kejadian yang telah menimpa
para pedagang Madura selama setahun terakhir.
"Dalam
satu tahun terakhir, sudah ada sekitar 15 kejadian tidak menyenangkan yang
dialami pengusaha warung kelontong Madura. Kami hanya ingin mencari
solusi," tambahnya.
Kapolda DIY: Ini
Masalah Individu, Bukan Etnis
Sementara itu, Kapolda DIY Irjen
Pol Suwondo Nainggolan menegaskan bahwa persoalan ini bukanlah
konflik etnis, melainkan kasus perorangan.
"Ini
bukan persoalan etnis, tapi masalah individu yang melakukan tindak
pidana," ujarnya di Kantor Gubernur DIY.
Kapolda menegaskan bahwa
pihaknya bersama Pemda, TNI, BIN, dan Bais terus
berkoordinasi untuk menjaga keamanan serta mencegah kesalahpahaman di
masyarakat.
"Kami
ingin memastikan bahwa setiap kelompok masyarakat dapat duduk bersama dan
membahas permasalahan yang ada secara damai,"
pungkasnya.
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *