KH Mufti Khazin Kembangkan Metode Al Fatih, Cara Cepat dan Mudah Mahir Membaca Kitab Gundul

- Suhairi -
- 24 Jan, 2025
SUMENEP, maduranetwork.id – Membaca kitab kuning atau kitab Arab gundul
(tulisan Arab tanpa harakat) merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan bagi
setiap penimba ilmu syar’i.Kemampuan ini sangat membantu dalam memahami dalil
dari Al-Kitab dan As-Sunnah. Namun, bagi sebagian santri, membaca kitab kuning
sering dianggap sulit dan membingungkan. Untuk mengatasi hal ini, KH Mufti
Khazin, pengasuh Pondok Pesantren Al Madinah Sumber Mas, telah mengembangkan
sebuah metode yang dinamakan Metode Al Fatih.
Dalam wawancaranya dengan wartawan MaduraNetwork, KH Mufti
Khazin menjelaskan bahwa nama Al Fatih dipilih untuk metode ini karena
ia terinspirasi dari sejarah penaklukan Konstantinopel, yang selama 800 tahun
dianggap sulit untuk ditaklukkan. "Seperti halnya Konstantinopel, belajar
Nahwu dan membaca kitab gundul itu terasa sulit. Namun, dengan adanya Metode Al
Fatih, kami berharap kesulitan itu bisa ditaklukkan, seperti penaklukan
Konstantinopel setelah datangnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Buktinya, anak usia SD sudah bisa belajar dengan metode ini," ujarnya.
Metode Al Fatih terdiri dari enam level yang dirancang secara
sistematis dan bertahap untuk memudahkan santri dalam menguasai keterampilan
membaca kitab gundul. Di level pertama, santri cukup dilatih untuk meningkatkan
daya ingat mereka dalam membaca kitab gundul. Pada level kedua, mereka mulai
diajarkan membaca dengan harokat dan memahami arti dari setiap kata. Di level
ketiga, santri diharapkan mampu membaca kitab gundul beserta terjemahannya. Selanjutnya,
pada level keempat, mereka mulai memahami kedudukan nahwu dalam teks. Pada
level kelima, santri dapat memahami dengan shorofnya, dan pada level terakhir
(level VI), mereka sudah mampu membaca kitab seperti Safinatun Naja,
memahami kedudukan nahwunya, serta menjelaskan arti kalimat yang dibaca.
KH Mufti Khazin mengungkapkan bahwa inisiatif untuk
mengembangkan Metode Al Fatih ini muncul karena keinginannya untuk memudahkan
santri dalam mempelajari ilmu kitab kuning. "Sebagai pendidik, saya ingin
memberikan cara yang lebih mudah dibandingkan metode-metode yang ada. Menurut
saya, tidak ada murid yang bodoh, yang ada hanya guru yang belum mengetahui
cara memperlakukan murid dengan benar. Metode Al Fatih ini lebih berbasis
bimbingan, dan saya yakin ini akan lebih mudah diterima oleh santri,"
katanya.
Metode ini, menurut KH Mufti Khazin, sangat sederhana dan
tidak membutuhkan banyak syarat. Yang penting, santri sudah bisa membaca
Al-Qur’an dengan lancar. Saat ini, meskipun masih dalam tahap pengembangan, beliau
optimis metode ini akan diterima oleh masyarakat secara luas dan dapat
memberikan dampak yang positif dalam dunia pendidikan agama, khususnya dalam
menguasai kitab kuning.
"Untuk sementara, Metode Al Fatih ini akan tetap menjadi
andalan. Saya yakin metode ini akan diterima masyarakat secara lebih luas
karena kelebihannya yang sederhana dan praktis," tambahnya.
Melalui Metode Al Fatih, KH Mufti Khazin berharap dapat
membantu lebih banyak santri di Madura dan daerah lainnya untuk lebih cepat dan
mudah menguasai keterampilan membaca kitab kuning, yang menjadi pondasi penting
dalam memahami ilmu agama Islam. (sr)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *