SUMENEP BUKAN PENGHASIL MIGAS, KABAG PEREKONOMIAN: KEWENANGAN ADA DI PROVINSI

- Inyoman -
- 13 Feb, 2025
SUMENEP,
MaduraNetwork.id – Meskipun delapan perusahaan migas asing
beroperasi di Kabupaten Sumenep, Madura, Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian
Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Sumenep, Dadang Dedy Iskandar, menegaskan
bahwa daerah ini bukan penghasil minyak dan gas (migas) bumi.
Perusahaan-perusahaan migas
yang beroperasi di Sumenep antara lain Kangean Energy Indonesia (KEI), Santos
(Madura) Offshore, Husky-Cnooc Madura Ltd (HCML), Energi Mineral Langgeng
(EML), Petrojava North Kangean (PNK), Techwin Energi Madura Ltd, Petronas, dan
Husky Anugerah Limited. Meskipun demikian, kontribusi sektor migas terhadap
perekonomian lokal masih menjadi tanda tanya.
Dadang -sapaan akrab Kabag
Perekonomian- menjelaskan bahwa sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014, kewenangan eksplorasi dan eksploitasi migas dalam radius 12 mil
laut berada di bawah pemerintah provinsi, bukan kabupaten.
"Makanya perusahaan
migas tidak bisa menurunkan angka kemiskinan di Sumenep, karena secara
administratif wilayah kerja mereka tidak masuk dalam yurisdiksi
kabupaten," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan
bahwa keberadaan perusahaan migas di perairan Sumenep tidak serta-merta
memberikan dampak langsung bagi perekonomian daerah. "Di Pemkab Sumenep
sendiri tidak ada dinas kelautan, yang ada hanyalah dinas perikanan,"
tambahnya.
Sementara itu, Inyoman S.,
pengurus Gibran Center, menyebut bahwa wajar jika masyarakat mempertanyakan
kontribusi perusahaan migas terhadap kesejahteraan warga. Menurutnya, penurunan
angka kemiskinan sebesar 2,4% di Sumenep lebih banyak dipengaruhi oleh program-program
pemerintah daerah yang menghabiskan anggaran miliaran rupiah, bukan semata-mata
karena dana corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan migas.
"Ironisnya, justru
kecamatan yang berdekatan dengan wilayah operasi perusahaan migas menjadi
kantong kemiskinan terbesar di Sumenep," kata Inyoman.
Meskipun angka kemiskinan di
Sumenep mengalami penurunan, kabupaten ini masih menempati peringkat terakhir
sebagai daerah termiskin di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat
ekonomi dari industri migas belum dirasakan secara signifikan oleh masyarakat
setempat. (sdm)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *