:
Breaking News

SUMENEP BUKAN PENGHASIL MIGAS, KABAG PEREKONOMIAN: KEWENANGAN ADA DI PROVINSI

top-news
https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

SUMENEP, MaduraNetwork.id – Meskipun delapan perusahaan migas asing beroperasi di Kabupaten Sumenep, Madura, Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Sumenep, Dadang Dedy Iskandar, menegaskan bahwa daerah ini bukan penghasil minyak dan gas (migas) bumi.

Perusahaan-perusahaan migas yang beroperasi di Sumenep antara lain Kangean Energy Indonesia (KEI), Santos (Madura) Offshore, Husky-Cnooc Madura Ltd (HCML), Energi Mineral Langgeng (EML), Petrojava North Kangean (PNK), Techwin Energi Madura Ltd, Petronas, dan Husky Anugerah Limited. Meskipun demikian, kontribusi sektor migas terhadap perekonomian lokal masih menjadi tanda tanya.

Dadang -sapaan akrab Kabag Perekonomian- menjelaskan bahwa sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan eksplorasi dan eksploitasi migas dalam radius 12 mil laut berada di bawah pemerintah provinsi, bukan kabupaten.

"Makanya perusahaan migas tidak bisa menurunkan angka kemiskinan di Sumenep, karena secara administratif wilayah kerja mereka tidak masuk dalam yurisdiksi kabupaten," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa keberadaan perusahaan migas di perairan Sumenep tidak serta-merta memberikan dampak langsung bagi perekonomian daerah. "Di Pemkab Sumenep sendiri tidak ada dinas kelautan, yang ada hanyalah dinas perikanan," tambahnya.

Sementara itu, Inyoman S., pengurus Gibran Center, menyebut bahwa wajar jika masyarakat mempertanyakan kontribusi perusahaan migas terhadap kesejahteraan warga. Menurutnya, penurunan angka kemiskinan sebesar 2,4% di Sumenep lebih banyak dipengaruhi oleh program-program pemerintah daerah yang menghabiskan anggaran miliaran rupiah, bukan semata-mata karena dana corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan migas.

"Ironisnya, justru kecamatan yang berdekatan dengan wilayah operasi perusahaan migas menjadi kantong kemiskinan terbesar di Sumenep," kata Inyoman.

Meskipun angka kemiskinan di Sumenep mengalami penurunan, kabupaten ini masih menempati peringkat terakhir sebagai daerah termiskin di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat ekonomi dari industri migas belum dirasakan secara signifikan oleh masyarakat setempat. (sdm)

 

https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *