:
Breaking News

Mempermudah Belajar Bahasa Arab dengan Menerapkan Metode Belajar sambil Bermain

top-news
https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Belajar bahasa Arab seringkali dianggap sebagai tantangan besar, terutama bagi banyak orang yang berbahasa Indonesia. Perbedaan signifikan dalam huruf, tata bahasa, dan pengucapan menciptakan rintangan yang tidak mudah dilalui oleh para pelajar. Untuk lebih memahami tantangan ini, berikut wawancara Pemred MaduraNetwork, Moh. Rasul Junaidy dengan Ketua MGMP Bahasa Arab Prov. Jatim, H. Fujianto, M.Pd.

 

Ada anggapan belajar bahasa Arab itu sulit?

Benar, anggapan bahwa belajar bahasa Arab itu sulit memang sering ditemukan. Hal ini muncul karena adanya perbedaan yang cukup signifikan antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia, baik dari segi huruf, tata bahasa, maupun pengucapan. Misalnya dalam penulisan huruf dalam bahasa Arab mulai dari kanan sedangkan dalam bahasa Indonesia mulai dari kiri.

 

Apa faktor utama yang mempengaruhi pandangan tersebut?

Menurut saya, faktor utama yang mempengaruhi pandangan tersebut ada dua. Pertama, faktor internal termasuk pengalaman minim belajar bahasa Arab, kompotensi kebahasaan yang minim, sulitnya membaca dan memahami arti dari setiap kosa kata bahasa Arab serta motivasi yang masih rendah. Perbedaan aksara dan struktur kalimat yang tidak biasa juga membuat bahasa Arab tampak menantang. Kedua, faktor eskternal, termasuk dukungan keluarga dan lingkungan siswa, metode pembelajaran yang kurang menarik, kurangnya media pembelajaran yang digunakan dan adanya anggapan bahwa bahasa Arab hanya digunakan untuk keperluan agama sehingga membuat anak didik kurang termotivasi untuk belajar lebih luas.

 

Selain itu, apa saja kendala yang sering dihadapi anak didik?

Kendala yang sering dihadapi anak didik dalam belajar bahasa Arab, pertama pengucapan yang berbeda. Bunyi beberapa huruf dalam bahasa Arab tidak ada dalam bahasa Indonesia, seperti 'ain (ع) dan 'qaf' (ق). Kedua, kosakata yang terbatas. Banyak anak didik yang kesulitan menghafalkan kosakata baru, apalagi jika tidak memiliki konteks yang jelas. Ketiga, tata bahasa yang kompleks. Nahwu dan shorof dalam bahasa Arab memiliki aturan yang cukup rumit untuk dipahami oleh pemula.

 

Lalu, bagaimana Anda membantu mereka mengatasinya?

Untuk mengatasi kendala ini, saya menggunakan pendekatan yang bertahap. Pertama, saya mengajarkan pengucapan melalui latihan fonetik secara berulang dengan bantuan audio. Kedua, saya memperkenalkan kosakata dengan menggunakan gambar, benda konkret, atau permainan agar anak didik lebih mudah mengingat. Ketiga, untuk tata bahasa, saya memfokuskan pada struktur kalimat dasar terlebih dahulu sebelum memperkenalkan aturan-aturan yang lebih rumit dan komplek.

 

Ada metode lain agar pembelajaran bahasa Arab lebih menyenangkan?

Saya menerapkan metode "belajar sambil bermain" untuk membuat pembelajaran bahasa Arab lebih menyenangkan. Beberapa metode yang saya gunakan antara lain, permainan bahasa seperti tebak kata atau kartu kosakata, pembelajaran berbasis lagu. Anak didik belajar kosakata dan kalimat sederhana melalui lagu-lagu Arab, penggunaan teknologi, Aplikasi pembelajaran bahasa Arab yang interaktif saya gunakan sebagai sarana untuk latihan mandiri siswa di rumah serta role play atau bermain peran, anak didik mempraktikkan bahasa Arab dalam situasi sehari-hari, seperti berbelanja atau memperkenalkan diri.

 

Bagaimana respon atau pengaruhnya dengan metode tersebut?

Anak didik menjadi lebih antusias dan tidak lagi merasa bahwa belajar bahasa Arab adalah sesuatu yang membosankan. Dengan adanya metode belajar yang variatif, mereka terlihat lebih percaya diri dalam mengucapkan kata-kata Arab dan menggunakan kalimat sederhana. Selain itu, suasana kelas menjadi lebih hidup, dan siswa cenderung aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dan yang menjadi spesial adalah anak didik bangga belajar bahasa Arab dan mengunggah karya video percakapan mereka di media sosial masing-masing.

 


Fujianto (kanan) bersama Kadis Pendidikan Provinsi Jatim, Dr. Aries Agung Paewai, S.STP., M.M..


Apa jenis materi atau sumber yang dianggap paling efektif?

Materi yang saya anggap paling efektif adalah yang bersifat kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari anak didik. Seperti buku pegangan siswa yang disusun secara kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari anak didik, buku cerita pendek yang menggunakan bahasa Arab sederhana dan video animasi dalam bahasa Arab dengan subtitle untuk pemahaman lebih baik serta materi berbasis tema. Misalnya, tema keluarga, sekolah, atau makanan, sehingga siswa belajar bahasa Arab dalam konteks yang mereka kenali.

 

Selain metode yang Anda sebutkan tadi, apa punya cara lain agar siswa lebih bersemangat belajar bahasa Arab?

Saya selalu berusaha menunjukkan manfaat praktis dari belajar bahasa Arab, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk masa depan. Saya juga mengaitkan bahasa Arab dengan agama bahwa belajar bahasa Arab akan mendapatkan pahala karena belajar bahasa Alquran. Saya juga memberikan penghargaan bagi siswa yang aktif berpartisipasi atau menunjukkan kemajuan, seperti dengan memberikan poin tambahan dalam penilaian. Selain itu, saya mencoba mengaitkan pembelajaran bahasa Arab dengan budaya dan seni, seperti kaligrafi Arab atau musik Arab, sehingga siswa dapat menikmati aspek budaya sambil belajar bahasa.

 

Anda punya indikator untuk mengevaluasi perkembangan anak didik?

Ya, saya menggunakan beberapa indikator untuk mengevaluasi perkembangan anak didik, antara lain, kemampuan membaca dan menulis huruf hijaiyah dengan benar, penguasaan kosakata dasar yang diajarkan, kecakapan menyusun kalimat sederhana dalam bahasa Arab, keterampilan berbicara dalam bahasa Arab dalam konteks percakapan sehari-hari. dan pemahaman mendengarkan (listening comprehension), mengukur seberapa baik mereka memahami kata-kata dan kalimat dalam percakapan lisan.

 

Harapan Anda ke depan soal pembelajaran bahasa Arab ?

Harapan saya adalah agar pembelajaran bahasa Arab di sekolah dapat berkembang menjadi lebih inklusif dan menarik bagi semua siswa, terlepas dari latar belakang agama dan budaya mereka. Saya berharap bahasa Arab dapat dipandang sebagai bahasa komunikasi internasional yang memiliki banyak manfaat praktis, baik untuk tujuan akademik, profesional, maupun sosial. Upaya meningkatkan minat siswa dapat dilakukan melalui pendekatan kreatif, seperti integrasi teknologi dalam pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler berbasis bahasa Arab. Dengan begitu, siswa dapat mencintai bahasa Arab bukan hanya sebagai kewajiban belajar, tetapi sebagai keterampilan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk masa depan mereka. (*)

 

https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *