HARAPAN BUDAYAWAN MADURA TADJUL ARIFIEN R. UNTUK KEPEMIMPINAN BUPATI FAUZI WONGSOJUDO DAN WAKIL BUPATI KH IMAM HASYIM
- Mohammad -
- 13 Feb, 2025
SUMENEP, maduranetwork.id -
Harapan besar disematkan kepada kepemimpinan Bupati Sumenep, Dr. Fauzi
Wongsojudo, SH, MH, dan Wakil Bupati KH Imam Hasyim, SH, yang akan rencananya
akan dilantik pada 20 Februari 2025. Salah satu harapan yang mencuat datang
dari budayawan Madura sekaligus penulis sejarah Sumenep, Tadjul Arifien R.
Kepada MaduraNetwork, Tadjul menegaskan pentingnya
kemandirian dalam kepemimpinan daerah. Ia berharap agar keduanya tidak hanya
menjadi pemimpin secara administratif, tetapi juga memiliki sikap yang tegas
dan mandiri dalam menjalankan pemerintahan.
"Jadilah bupati dan wakil bupati yang asli,
sesuai dengan regulasi yang ada. Jangan hanya berdiri di bawah bayang-bayang
sang paman," tegasnya.
Tadjul juga menyoroti penggunaan anggaran daerah
yang dinilai kurang tepat sasaran. Menurutnya, pemerintah seharusnya lebih
fokus pada program yang memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat
daripada sekadar menggelar hiburan seperti Ul-daul dan karaoke.
"Saat ini, banyak program yang terkesan
hura-hura. Sebaiknya, alokasikan anggaran untuk program yang benar-benar
memberikan manfaat nyata bagi masyarakat," ungkapnya.
Salah satu isu yang menjadi perhatian utama Tadjul
adalah angka kemiskinan di Sumenep yang masih stagnan di sekitar 17%. Ia
menekankan perlunya kebijakan yang lebih serius dalam menciptakan peluang kerja
dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Rakyat tidak butuh tumpukan kertas penghargaan
atau simbol-simbol seremonial lainnya, mereka membutuhkan kerja nyata dari
pemerintah, terutama dalam hal mengatasi kemiskinan,” tambahnya.
Selain itu, Tadjul juga mengkritisi dominasi musik
Ul-daul dalam berbagai acara budaya di Sumenep. Meskipun ia mengapresiasi seni
tersebut, ia merasa bahwa perhatian yang berlebihan terhadap Ul-daul dapat
mengancam kelestarian seni tradisional asli Sumenep, seperti saronen, mamaca,
dan topeng.
"Saya senang dengan musik Ul-daul, tapi jangan
berlebihan. Masak setiap ada acara selalu diselipkan musik Ul-daul? Padahal,
itu bukan seni asli Sumenep, melainkan berasal dari Pamekasan," katanya
dengan nada kritis.
Sebagai budayawan, Tadjul berharap agar pemerintah
lebih serius dalam melestarikan seni dan budaya lokal Sumenep. Ia mengajak
masyarakat dan pemangku kebijakan untuk memberikan perhatian lebih terhadap
kekayaan budaya asli daerah agar tidak tergerus oleh pengaruh luar.
"Penguatan dan pelestarian budaya asli harus
menjadi prioritas agar bisa terus berkembang dan dikenal oleh generasi
mendatang," pungkasnya. (rba)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *