:
Breaking News

HARAPAN BUDAYAWAN MADURA TADJUL ARIFIEN R. UNTUK KEPEMIMPINAN BUPATI FAUZI WONGSOJUDO DAN WAKIL BUPATI KH IMAM HASYIM

top-news
https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

SUMENEP, maduranetwork.id - Harapan besar disematkan kepada kepemimpinan Bupati Sumenep, Dr. Fauzi Wongsojudo, SH, MH, dan Wakil Bupati KH Imam Hasyim, SH, yang akan rencananya akan dilantik pada 20 Februari 2025. Salah satu harapan yang mencuat datang dari budayawan Madura sekaligus penulis sejarah Sumenep, Tadjul Arifien R.

Kepada MaduraNetwork, Tadjul menegaskan pentingnya kemandirian dalam kepemimpinan daerah. Ia berharap agar keduanya tidak hanya menjadi pemimpin secara administratif, tetapi juga memiliki sikap yang tegas dan mandiri dalam menjalankan pemerintahan.

"Jadilah bupati dan wakil bupati yang asli, sesuai dengan regulasi yang ada. Jangan hanya berdiri di bawah bayang-bayang sang paman," tegasnya.

Tadjul juga menyoroti penggunaan anggaran daerah yang dinilai kurang tepat sasaran. Menurutnya, pemerintah seharusnya lebih fokus pada program yang memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat daripada sekadar menggelar hiburan seperti Ul-daul dan karaoke.

"Saat ini, banyak program yang terkesan hura-hura. Sebaiknya, alokasikan anggaran untuk program yang benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat," ungkapnya.

Salah satu isu yang menjadi perhatian utama Tadjul adalah angka kemiskinan di Sumenep yang masih stagnan di sekitar 17%. Ia menekankan perlunya kebijakan yang lebih serius dalam menciptakan peluang kerja dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Rakyat tidak butuh tumpukan kertas penghargaan atau simbol-simbol seremonial lainnya, mereka membutuhkan kerja nyata dari pemerintah, terutama dalam hal mengatasi kemiskinan,” tambahnya.

Selain itu, Tadjul juga mengkritisi dominasi musik Ul-daul dalam berbagai acara budaya di Sumenep. Meskipun ia mengapresiasi seni tersebut, ia merasa bahwa perhatian yang berlebihan terhadap Ul-daul dapat mengancam kelestarian seni tradisional asli Sumenep, seperti saronen, mamaca, dan topeng.

"Saya senang dengan musik Ul-daul, tapi jangan berlebihan. Masak setiap ada acara selalu diselipkan musik Ul-daul? Padahal, itu bukan seni asli Sumenep, melainkan berasal dari Pamekasan," katanya dengan nada kritis.

Sebagai budayawan, Tadjul berharap agar pemerintah lebih serius dalam melestarikan seni dan budaya lokal Sumenep. Ia mengajak masyarakat dan pemangku kebijakan untuk memberikan perhatian lebih terhadap kekayaan budaya asli daerah agar tidak tergerus oleh pengaruh luar.

"Penguatan dan pelestarian budaya asli harus menjadi prioritas agar bisa terus berkembang dan dikenal oleh generasi mendatang," pungkasnya. (rba)

 

https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *