:
Breaking News

ASPIRASI BUDAYAWAN TADJUL ARIFIEN R.

top-news
https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Budayawan Madura, Tadjul Arifien R.: Bupati Sumenep jangan di Bawah Bayang-bayang “Sang Paman”


         SUMENEP, Madura Network.id - Budayawan Madura sekaligus penulis sejarah Sumenep, Tadjul Arifien R memberikan harapan besar kepada kepemimpinan Bupati Sumenep, Dr. Fauzi Wongsojudo, SH, MH, dan Wakil Bupati KH Imam Hasyim, SH.


Dalam wawancara dengan MaduraNetwork, Tadjul menekankan pentingnya kemandirian kepemimpinan. Ia berharap bupati dan wakil bupati yang baru tidak hanya menjadi simbol administratif, tetapi benar-benar menunjukkan keberanian dalam mengambil keputusan yang berpihak kepada rakyat. ”Jadilah pemimpin sejati, bukan sekadar boneka. Jangan hanya berdiri di bawah bayang-bayang sang paman,” tegasnya.


Tadjul juga menyoroti kebijakan anggaran yang dinilai lebih banyak digunakan untuk kegiatan seremonial dan hiburan daripada program yang berdampak nyata bagi masyarakat. Ia mengkritik alokasi dana untuk acara seperti Ul-daul dan karaoke, yang menurutnya tidak seharusnya menjadi prioritas dalam tata kelola pemerintahan.


"Pemerintah harus lebih peduli terhadap rakyat. Jangan hanya sibuk membangun pencitraan dan menghamburkan anggaran untuk hiburan. Yang dibutuhkan masyarakat adalah kebijakan konkret yang meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya.


Salah satu sorotan utama Tadjul adalah stagnasi angka kemiskinan di Sumenep, yang masih berkisar 17%. Menurutnya, pemerintah daerah seharusnya lebih fokus menciptakan lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi rakyat ketimbang mengoleksi penghargaan yang bersifat seremonial.


”Rakyat tidak butuh tumpukan sertifikat penghargaan. Mereka butuh bukti nyata bahwa pemerintah bekerja untuk mereka,” tambahnya.

Selain ekonomi, Tadjul juga mengkritisi dominasi Ul-daul dalam berbagai acara budaya di Sumenep. Meski menghargai seni tersebut, ia menilai bahwa perhatian berlebihan terhadap Ul-daul justru mengancam eksistensi seni tradisional Sumenep seperti saronen, mamaca, dan topeng.


"Saya tidak anti Ul-daul, tapi jangan sampai budaya asli kita tersingkir. Jangan lupa bahwa Sumenep punya warisan seni yang lebih tua dan berakar dalam sejarah," tandasnya.


Tadjul berharap kepemimpinan baru tidak hanya sibuk dengan citra dan simbol, tetapi benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat. Baginya, keberanian untuk mandiri dan berpihak pada kesejahteraan masyarakat adalah kunci utama menuju perubahan yang lebih baik bagi Sumenep. (rba)

 

https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *