Vihara Avalokitesvara Pamekasan, Saksi Hidup Kerukunan Beragama
- Mohammad -
- 26 Jan, 2025
PAMEKASAN, maduranetwork.id - Vihara Avalokitesvara yang terletak di Dusun Candi, Desa Polagan,
Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, bukan sekadar tempat ibadah biasa,
melainkan sebuah situs bersejarah yang menyimpan kisah panjang peradaban dan
spiritualitas. Dikenal juga sebagai Klenteng Kwan Im Kiong oleh masyarakat
Tionghoa setempat.
Vihara ini berdiri dengan megah
di pesisir pantai Talang Siring, sekitar 17 km sebelah timur Kota Pamekasan
dengan luas sekitar 3 hektare,. Sebagai Tempat Ibadah Tri Darma (TITD), Vihara
Avalokitesvara menyatukan tiga ajaran besar: Buddhisme, Taoisme, dan
Konfusianisme, menjadi pusat spiritual terbesar bagi umat Tri Darma di Madura.
Kosala Mahinda, ketua Yayasan
Vihara Avalokitesvara, menjelaskan bahwa vihara ini bukan hanya bangunan
bersejarah, tetapi juga simbol perdamaian dan persatuan di tengah keberagaman.
”Vihara ini menjadi saksi hidup bagaimana agama dan budaya yang berbeda bisa
hidup berdampingan dengan damai,” ujar Kosala saat ditemui MaduraNetwork di
tengah kesibukannya mempersiapkan Hari Raya Imlek 2025.
Keberadaan Vihara ini
memberikan kedamaian spiritual yang mendalam bagi banyak orang, dan setiap
sudutnya, mulai dari Dhamma Sala hingga altar-altar pemujaan, mencerminkan
nilai-nilai universal seperti toleransi, kebersamaan, dan saling menghargai.
Bagi masyarakat sekitar, Vihara
Avalokitesvara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari
mereka. Meski mayoritas penduduk setempat beragama Islam, hubungan antara warga
dan vihara sangat harmonis.
”Kami sudah bertahun-tahun
hidup berdampingan dengan penuh toleransi. Setiap hari, warga mengambil air
dari dalam klenteng ini karena airnya tawar, sementara di luar terasa payau.
Kami hidup seperti saudara,” terang Kosala.
Keberagaman ini semakin
terlihat dengan adanya lima tempat ibadah yang mewakili berbagai kepercayaan:
Dhamma Sala untuk Buddha Gautama, Pura, musola, Kwan Im Posat untuk ibadah
Tionghoa, dan Gedung Altar Pemujaan.
Vihara Avalokitesvara juga
tercatat dalam sejarah dengan mendapatkan piagam penghargaan dari MURI (Museum
Rekor Dunia Indonesia) pada Agustus 2009, berkat rekor sebagai vihara dengan
bangunan pura dan musola dalam satu kompleks. Selain itu, vihara ini juga
menjadi penyelenggara pagelaran wayang kulit internasional yang melibatkan
pemain dari sepuluh negara, semakin menegaskan peran vihara sebagai pusat
kebudayaan dan keberagaman.
Menariknya, meski perayaan
Imlek identik dengan warga Tionghoa, Vihara Avalokitesvara kini tidak hanya
dipadati oleh umat Tionghoa, tetapi juga masyarakat setempat dari berbagai
latar belakang yang datang berkunjung dan berswafoto. ”Vihara ini kini menjadi
simbol nyata dari Bhinneka Tunggal Ika, yang mengajarkan bahwa meskipun
berbeda-beda, kita tetap satu,” pungkas Kosala.
Vihara Avalokitesvara
Pamekasan, dengan segala keindahan arsitektur dan kekayaan sejarahnya, telah
menjadi ikon penting di Madura, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga
sebagai simbol keberagaman spiritual yang mengedepankan toleransi dan
kedamaian. Dengan lingkungan yang asri, vihara ini menjadi tempat siapa
saja, tanpa memandang latar belakang agama, untuk merasakan nilai-nilai
pluralisme dan kerukunan antar umat beragama. (rba)
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *