:
Breaking News

Vihara Avalokitesvara Pamekasan, Saksi Hidup Kerukunan Beragama

top-news
https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

PAMEKASAN, maduranetwork.id - Vihara Avalokitesvara yang terletak di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, bukan sekadar tempat ibadah biasa, melainkan sebuah situs bersejarah yang menyimpan kisah panjang peradaban dan spiritualitas. Dikenal juga sebagai Klenteng Kwan Im Kiong oleh masyarakat Tionghoa setempat.

 

Vihara ini berdiri dengan megah di pesisir pantai Talang Siring, sekitar 17 km sebelah timur Kota Pamekasan dengan luas sekitar 3 hektare,. Sebagai Tempat Ibadah Tri Darma (TITD), Vihara Avalokitesvara menyatukan tiga ajaran besar: Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme, menjadi pusat spiritual terbesar bagi umat Tri Darma di Madura.

 

Kosala Mahinda, ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara, menjelaskan bahwa vihara ini bukan hanya bangunan bersejarah, tetapi juga simbol perdamaian dan persatuan di tengah keberagaman. ”Vihara ini menjadi saksi hidup bagaimana agama dan budaya yang berbeda bisa hidup berdampingan dengan damai,” ujar Kosala saat ditemui MaduraNetwork di tengah kesibukannya mempersiapkan Hari Raya Imlek 2025.

 

Keberadaan Vihara ini memberikan kedamaian spiritual yang mendalam bagi banyak orang, dan setiap sudutnya, mulai dari Dhamma Sala hingga altar-altar pemujaan, mencerminkan nilai-nilai universal seperti toleransi, kebersamaan, dan saling menghargai.

 

Bagi masyarakat sekitar, Vihara Avalokitesvara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Meski mayoritas penduduk setempat beragama Islam, hubungan antara warga dan vihara sangat harmonis.

 

”Kami sudah bertahun-tahun hidup berdampingan dengan penuh toleransi. Setiap hari, warga mengambil air dari dalam klenteng ini karena airnya tawar, sementara di luar terasa payau. Kami hidup seperti saudara,” terang Kosala.

 

Keberagaman ini semakin terlihat dengan adanya lima tempat ibadah yang mewakili berbagai kepercayaan: Dhamma Sala untuk Buddha Gautama, Pura, musola, Kwan Im Posat untuk ibadah Tionghoa, dan Gedung Altar Pemujaan.

 

Vihara Avalokitesvara juga tercatat dalam sejarah dengan mendapatkan piagam penghargaan dari MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) pada Agustus 2009, berkat rekor sebagai vihara dengan bangunan pura dan musola dalam satu kompleks. Selain itu, vihara ini juga menjadi penyelenggara pagelaran wayang kulit internasional yang melibatkan pemain dari sepuluh negara, semakin menegaskan peran vihara sebagai pusat kebudayaan dan keberagaman.

 

Menariknya, meski perayaan Imlek identik dengan warga Tionghoa, Vihara Avalokitesvara kini tidak hanya dipadati oleh umat Tionghoa, tetapi juga masyarakat setempat dari berbagai latar belakang yang datang berkunjung dan berswafoto. ”Vihara ini kini menjadi simbol nyata dari Bhinneka Tunggal Ika, yang mengajarkan bahwa meskipun berbeda-beda, kita tetap satu,” pungkas Kosala.

 

Vihara Avalokitesvara Pamekasan, dengan segala keindahan arsitektur dan kekayaan sejarahnya, telah menjadi ikon penting di Madura, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol keberagaman spiritual yang mengedepankan toleransi dan kedamaian. Dengan lingkungan yang  asri, vihara ini menjadi tempat siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama, untuk merasakan nilai-nilai pluralisme dan kerukunan antar umat beragama. (rba)

 

https://maduranetwork.id/public/uploads/images/photogallery/maanphotogallery29072024_011116_1_20240727_175229_0000.png

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *